Ponorogo, Investigasi

Menurut
penuturan warga yang tidak mau disebutkan namanya itu, memang dari awal
pembangunan banyak masyarakat yang menaruh rasa curiga dengan
pengerjaan proyek tersebut, kecurigaan itu antara lain tentang tidak
adanya kejelasan siapa kontraktor yang mengerjakan talud tersebut.
Selain itu dalam pengerjaanpun terkesan asal-asalan contohnya
pencampuran bahan “ Masak dalam satu molen koq cuman di kasih campuran
satu sak semen 40 kg “. Hal itu juga dibenarkan oleh Muji ( 40 thn )
pekerja bagian megang molen bahwa dalam satu molen cuman dicampuri satu
sak semen 40 Kg.

Mungkin
sudah mendapat perintah dari kontraktornya, mendapat saran dan teguran
dari aktivis LPKSM Madiun tersebut mandor sukir tidak begitu
mengindahkannya. Adapun saran dan teguran tersebut intinya bila proyek
ini bila pengerjaanya secara asal-asalan yang penting jadi akan cepat
rusak bahkan ambrol. Ternyata benar pasangan talud yang baru satu bulan jadi ini begitu kena hujan gerimis rintik-rintik saja langsung ambrol dan sekarang menjadi tontonan warga serta wisatawan domestic.
Kalau
alam dibuat alasan ambrolnya talud jelas tidak masuk akal, karena dari
mulai awal sampai selesai pengerjaan proyek ini selalu di awasi oleh
LPKSM Madiun memang terkesan asal-asalan. Berhubung proyek masih dalam
pengerjaan maka pihak kontraktor untuk memperbaiki lagi, dalam hal ini
konsultan sebagai pengawas harus tegas jangan tutup mata dan telinga.
Bukan itu saja karena dimungkinkan bangunan talud disebelahnya sesuai
bukti dilapangan sdh pada retak-retak, ini diduga juga kurangnya
pengawasan sebelumnya, jelasnya
0 komentar:
Posting Komentar